Kartika Hanggono dan anggota TFI. (Foto : Mochamad Ridwan).

JAKARTA, AKTIFLAB.com -- “Bagi beberapa anak, ada impian akan masa depan yang sukses. Bagi beberapa lainnya, mimpi itu hanya akan menjadi mimpi.”

Ini adalah kalimat pertama mengenai sejarah terbentuknya Teach For Indonesia (TFI). TFI adalah sebuah program tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) Bina Nusantara Foundation.

TFI berdiri sejak 2007. Program-program TFI berfokus di pengembangan pendidikan komunitas dengan penekanan di bidang nonakademik dan keahlian praktis.

Pada awalnya TFI dibimbing oleh ibu Maria Intan Setiadi, yang kini menjadi manajer TFI. Sampai sekarang TFI sudah banyak menjalani program-program sosialnya.

Pada awalnya TFI mengadakan program-program training untuk sertifikasi pengajar dan pelajar, seminar dan workshop, pendistribusian beasiswa, donasi, dan kampanye-kampanye yang berkaitan dengan bidang pengembangan pendidikan.

Selain itu TFI juga sedang menjalani kemitraan dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dalam pemberian kursus bahasa dan komupter di Rumah Belajar Cinta Anak Bangsa (RBCAB).

Saat ini pun TFI sedang memiliki program pengajran tetap di tiga tempat, yaitu Bimbingan Belajar gratis untuk pelajar SD, SMP, dan SMA yang bertempat di Kampus Syahdan Bina Nusantara; lalu program mengajar di Sitanala Tangerang di mana banyak anak dari orangtua penderita kusta bisa mendapatkan pendidikan yang layak; dan ada pengajaran di Yayasan Nurani Insan di mana sekitar 80% dihuni oleh anak jalanan.

Belum lama juga mencetak rekor MURI bekerjasama dengan Ciputra dengan mengajak 600 sukarelawan mengetik ulang beberapa buku ke huruf braile.

Sejauh ini TFI sudah pernah mengajak lebih dari 10.000 sukarelawan untuk ikut berkontrubusi dalam program-programnya. Karena sifatnya tidak terikat, setiap sukarelawan pun silih berganti berkontribusi sesuai keahliannya masing-masing. Bahkan ada warga negara asing yang ikut menjadi sukarelawan, seperti dari Korea, Australia, Vietnam, Cina, dan Jerman. Hampir semuanya membantu dengan mengajar bahasa Inggris, tetapi warga Korea waktu itu mengajar bikin pesawat dan kegiatan kreatif lainnya.

“Kalo untuk TFI sendiri banyak planning-nya ke depan. Kemarin sempat ada kerjasama dengan SCTV Pundi Amal, itu melakukan program penghijauan kembali di daerah Merapi dan juga masih berjalan. Jadi TFI itu lebih ke sebuah komunitas yang mempunyai komitmen berkelanjutan. Nggak cuma program asal-asalan yang cuma ‘jadi’,” jelas Kartika Hanggono, salah satu sukarela sekaligus mahasiswa Bina Nusantara.


 

 

Reporter: Mochamad Ridwan
Editor: Ratna Saraswati