FOTO : ISTIMEWA

 
AKTIFLAB, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan oleh KPAI di sembilan provinsi menemukan, 87 persen siswa mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah, baik psikis maupun fisik.

Studi tersebut melibatkan lebih dari 1000 responden yang terdiri dari siswa Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) di sembilan provinsi.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Maria Ulfah Anshor, menilai, insiden yang kerap memakan korban luka bahkan hingga meninggal itu terjadi, karena budaya kekerasan masih dimaklumi.

"Kekerasan masih menjadi hal yang dimaklumi di sekolah, pelakunya macam-macam, mulai dari sesama siswa, guru, sampai penjaga sekolah. Jadi jangan heran jika ekspresi siswa berbau kekerasan," ujarnya  di Jakarta, Sabtu (26/1).

Budaya penuh kekerasan, lanjut Maria, tidak jarang membuat siswa sangat terbiasa dengan tawuran.

Pekan lalu seorang siswa SMA 82 Kebayoran Baru Jakarta, Naufadly Riansyah Nahsati (16) misalnya, terpaksa dirawat di Intensive Care Unit (UCU) Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, setelah ditusuk pisau oleh seorang siswa SMA 6.

Sebelumnya pada akhir 2012, seorang siswa SMU 6, Alawy Yusianto Putra, juga tewas dalam tawuran antara SMU 6 dan SMU 70 Jakarta.

Untuk memutus rantai kejadian semacam itu, lanjut Maria, tindak kekerasan sekecil apapun tidak boleh ditolerir, termasuk dari pendidik.

"Ciptakan sekolah ramah anak, jangan ada lagi guru mencubit apalagi memukul siswa. Mulailah ajak siswa bicara dan mengeluarkan pendapat mereka," tegasnya.


Editor: AKTIFLAB
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.