Sonia Febriyani Lestari. (Foto : Istimewa)

JAKARTA, AKTIFLAB.com -- Dulu, Angkat Besi adalah olahraga yang paling terakhir akan dipilih oleh Sonia Febriyani Lestari, tapi sekarang ia tidak membayangkan kalau harus meninggalkan olahraga ini.

Awalnya Sonia mencoba hampir semua jenis olahraga. Sonia pernah mencoba renang, tennis, bola basket, karate, bahkan dance, tapi kemudian orangtuanya—yang merupakan mantan atlet besi nasional—mengenalkanya kepada dunia angkat besi.

“Awalnya nggak mau. Jujur aja, kepaksa banget. Tapi dijalanin, ada hasilnya. Dan lama-lama gue nyaman banget di sini. Ya alhamdulilah sampe sekarang. Sekarang malah disuruh berhenti nggak mau,” ungkapnya dengan senyum lebar.

Dan memang, dari sekian banyaknya hambatan yang pernah ia alami, ia tidak juga mundur dari olahraga ini. Bahkan seminggu sebelum Kejuaraan Nasional (Kejurnas) di Riau tahun 2007, tangan kanan Sonia patah saat latihan dan batal mengikuti kejuaraan itu. Selama tiga bulan Sonia berhenti latihan.

“Ngerasa hopeless banget karena tangan udah begini. Tapi nggak tau kenaoa, gue yakin aja gue masih bisa balik latihan lagi. Orangtua juga udah nggak terlalu maksain buat kembali latihan. Nah, waktu itu gue iseng-iseng nekat latihan sendiri,” jelasnya sambil tertawa.

Sejak kenekatannya itu, Sonia masih terus angkat besi hingga sekarang. Sonia mengaku bahwa ia sangat ingin mengikuti event internasional, karenanya ia nekat mencoba latihan sendiri saat itu. “Karena dulu waktu patah (tangan) gue belum pernah ikut event internasional. Alhamdulillah kesampean ikut Kejuaraan Asia di Uzbekistan tahun 2010,” tambahnya.

Selain patah tangan, Sonia pun pernah mengalami penyakit hernia dua minggu sebelum berangkat untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON). “Di situ benar-benar diuji banget. Kemarin gue hamper dicoret dari tim karena nggak bisa latihan. Jangankan angkat besi, bangun dari tempat tidur aja nggak bisa,” jelasnya.

“Gue udah yakin nggak bisa tanding maksimal di PON. Sedangkan target gue juga lumayan berat. Gue cuma bisa berdia aja. Akhirnya dibawa ke tukang urut. Nah, di situ peran orangtua, yang kebetulan pelatih gue juga; sahabat, dan pelatih lain sangat penting. Mereka nggak berhenti support gue.

Berkat support semuanya, gue yang tadinya udah desperate banget jadi semangat lagi.” Sonia pun tetap mengikuti PON dan hanya latihan dua kali menjelang PON. Kejutannya kemudian adalah Sonia justru berhasil memecahkan rekor latihannya dan mendapatkan juara II.

Sonia yang saat ini berkuliah di Universita Gunadarma jurusan Sistem Informasi memandang ayahnya sebagai idola, “Dia orangnya rendah hati, nggak neko-neko meski udah juara dunia. Dia selalu menghadapi segala sesuatu dengan tenang, dia punya mental juara yang hebat, dia bijaksana dalam mengambil kepurusan, dia sosok pemimpin yang jujur. Selalu ngasih support dan contoh yang baik untuk anak-anaknya, professional dalam latihan.

Untuk ke depannya Sonia ingin terus bisa berhasil di perkuliahannya dan di dunia angkat besi. “Intinya yakin sama kemampuan sendiri, apapun resikonya. Semakin besar (resikonya), semakin besar juga keberhasilan yang akan dicapai,” sebagai pesan kepada diri sendiri Sonia juga menambahkan, “Jangan denger omongan negative orang, dan pastinya berdoa.”

Prestasi:
Juara I Kejuaraan Nasional Angkat Besi 2008
Juara I Angkat Besi Pekan Olahraga Daerah 2010
Juara III Kejuaraan Dunia Asia Angkat Besi, Uzbekistan 2010
Juara I Kejuaraan Nasional Angkat Besi 2011
Juara II Pekan Olahraga Nasional, Riau 2012

Reporter: Mochamad Ridwan
Editor: Ratna Saraswati