ILUSTRASI. (FOTO : ISTIMEWA) |
AKTIFLAB.com -- Jejaring sosial ternyata menjadi sasaran empuk bagi sebagai remaja yang memiliki hubungan cinta untuk mem-bullying
kekasihnya. Seseorang menjadi cukup jahat dengan menjadikan jejaring
sosial sebagai cara untuk mempermalukan kekasihnya pada teman-temannya.
Menurut survey yang dilakukan Urban Institute, lebih dari 25 persen remaja dilecehkan kekasih mereka secara online atau lewat SMS, saat hubungan mereka sedang bermasalah.
Dikutip Times of India dari Washington Post, remaja banyak pula yang mendapati akun jejaring mereka di hack. Tidak hanya itu, mereka juga dikirimi SMS yang berisi dengan ucapan-ucapan tidak senonoh.
“Teknologi membuka jalan lebar bagi seseorang untuk menjadi kasar terhadap pasangan mereka,” kata Janine Zweig, penulis utama dan peneliti di Urban Institute.
Dalam studi ini dilibatkan 5.647 responden siswa dari 10 sekolah menengah dan tiggi di New Jersey, New York, dan Pennsylvania. Dari para responden ini diketahui, ada dua per tiga siswa yang memiliki kekasih romantis pada satu tahun sebelumnya.
Peneliti mengatakan, teknologi digital bukanlah penyebab pelecehan yang dilakukan para remaja ini. Tetapi, teknologi telah disalahgunakan remaja untu melakukan tindakan menyimpang. Dan, pelanggaran bisa terjadi setiap saat karena teknologi digital bisa digunakan kapan pun.
Sebagian besar pelecehan dunia maya, menurut studi ini, lebih sering dilakukan remaja di luar jam sekolah. Di waktu tersebut, remaja bisa bebas mengakses perangkat digital mereka.
Diketahui, hampir 6 persen remaja mendapati foto memalukan mereka telah dipajang secara online oleh kekasihnya sendiri. Sekitar 5 persen responden mengatakan telah mengalami pelecehan lewat komentar di akun status jejaring sosialnya.
Lebih dari 80 persen remaja mengatakan adanya pelecehan psikologis. Pelecehan ini termasuk membatasi kontak seseorang dengan keluarga atau teman-teman, merusak barang-barang, memaksa memberitahukan lokasi saat ini, dan menghina secara terbuka.
Lebih parah lagi, kelakukan remaja labil ini diketahui juga melakukan pemaksaan untuk urusan seksual atau meminta melakukan hubungan intim. Ada sepetiga responden yang mengalaminya.
Studi ini dimuat dalam Journal of Youth and Adolescence.
Sumber : sidomi.com
Editor : Azka
Menurut survey yang dilakukan Urban Institute, lebih dari 25 persen remaja dilecehkan kekasih mereka secara online atau lewat SMS, saat hubungan mereka sedang bermasalah.
Dikutip Times of India dari Washington Post, remaja banyak pula yang mendapati akun jejaring mereka di hack. Tidak hanya itu, mereka juga dikirimi SMS yang berisi dengan ucapan-ucapan tidak senonoh.
“Teknologi membuka jalan lebar bagi seseorang untuk menjadi kasar terhadap pasangan mereka,” kata Janine Zweig, penulis utama dan peneliti di Urban Institute.
Dalam studi ini dilibatkan 5.647 responden siswa dari 10 sekolah menengah dan tiggi di New Jersey, New York, dan Pennsylvania. Dari para responden ini diketahui, ada dua per tiga siswa yang memiliki kekasih romantis pada satu tahun sebelumnya.
Peneliti mengatakan, teknologi digital bukanlah penyebab pelecehan yang dilakukan para remaja ini. Tetapi, teknologi telah disalahgunakan remaja untu melakukan tindakan menyimpang. Dan, pelanggaran bisa terjadi setiap saat karena teknologi digital bisa digunakan kapan pun.
Sebagian besar pelecehan dunia maya, menurut studi ini, lebih sering dilakukan remaja di luar jam sekolah. Di waktu tersebut, remaja bisa bebas mengakses perangkat digital mereka.
Diketahui, hampir 6 persen remaja mendapati foto memalukan mereka telah dipajang secara online oleh kekasihnya sendiri. Sekitar 5 persen responden mengatakan telah mengalami pelecehan lewat komentar di akun status jejaring sosialnya.
Lebih dari 80 persen remaja mengatakan adanya pelecehan psikologis. Pelecehan ini termasuk membatasi kontak seseorang dengan keluarga atau teman-teman, merusak barang-barang, memaksa memberitahukan lokasi saat ini, dan menghina secara terbuka.
Lebih parah lagi, kelakukan remaja labil ini diketahui juga melakukan pemaksaan untuk urusan seksual atau meminta melakukan hubungan intim. Ada sepetiga responden yang mengalaminya.
Studi ini dimuat dalam Journal of Youth and Adolescence.
Sumber : sidomi.com
Editor : Azka