Siswa SMA Pangudi Luhur Jakarta. (Foto : Istimewa)

JAKARTA, AKTIFLAB.com -- Sampai 1975, regu basketnya menduduki peringkat teratas di Jakarta Selatan. Tahun ini, salah seorang siswanya, Ismawan Chamdani, meraih gelar juara perseorangan putra dalam Kejuaraan Tenis Antar SMTA Se-DKI Jaya bulan lalu.

Kalau saja pertandingan-pertandingan antar pelajar tidak terhenti tahun 1970-an itu akibat seringnya terjadi perkelahian, SMA Pangudi Luhur mungkin sudah mampu menampilkan prestasi yang cukup menonjol di berbagai cabang olahraga.

Sebagian besar siswanya yang berprestasi ternyata kini matang di luar. Seperti Ismawan Chamdani itu misalnya, digodok oleh Mercu Buana, lalu Pamiarto Sapto Sadewo di cabang atletik adalah hasil binaan klub Gema Kuningan. Juga dalam klub lain seperti Albatros (sotbol) atau Prambors (basket), anak-anak Pangudi Luhur banyak yang ikut ambil bagian.


SMA PANGUDI LUHUR JAKARTA. (FOTO : ISTIMEWA)


"Kalau dilihat begitu, potensi siswa-siswa kami sebenarnya cukup besar," ujar Robertus "Bobby" Hari Sutopo (47) guru pendidikan jasmani SMA Pangudi Luhur di Jakarta Selatan ini. Namun toh bekas pegulat nasional 1959-1970 yang lebih dikenal luas sabagai Bobby HS ini tak pernah mengajarkan ilmunya kepada para siswa sekolah itu.

"Beban belajar terlalu berat. Saya tak berani terlalu memusatkan latihan pada olahraga tertentu," kilah Bobby. Itu sebabnya, untuk menunjang kegiatan siswa di luar, Bobby lebih banyak mengajarkan cabang olahraga senam di sekolahnya. "Ini baik bagi kesegaran jasmani dan stamina bagi siswa yang olahragawan," ujarnya.

Prambors

Meskipun demikian, bukan berarti kegiatan olahraga di sekolah sebagai kegiatan ekstra kulikuler tidak ada sama sekali. Pimpinan sekolah sendiri, Bruder Michael Pudyartono (45), tak kurang usahanya untuk itu.

"Biaya kegiatan ekstra untuk siswa kami beri anggaran sekitar empat sampai lima ratus ribu rupiah setahun. Itu hanya untuk peralatan saja, belum termasuk pelatih," ujar Bruder Michael. Tetapi dengan satu ketentuan: semua kegiatan ekstra tak mengganggu pelajaran.

Bukan hanya itu. Sekolah pun tak segan-segan menyewa lapangan kalau sekiranya lapangan yang tersedia tak mencukupi. Yang sekarang ada hanya 1 lapangan basket, 2 lapangan voli, 1 ruangan senam dan sebuah halaman rumput yang sangat terawat.

Ada empat cabang olahraga yang kini diminati para siswa Pangudi Luhur. Empat cabang tersebut adalah voli, sofbol, beladiri, dan bola basket. Masing-masing cabang memiliki pelatih khusus pula.

Voli misalnya, yang kini sedang populer di kalangan siswa sekolah ini, ditangani Anwar. Ia cukup dikenal di tingkat nasional. Sedangkan sofbol ditangani John Somiama, guru yang merangkap pelatih.

"Prospek di cabang sofbol saya kira cukup baik. Animo muncul dari anak-anak sendiri, bukan atas anjuran kami," kata John Somiama. Malah, menurutnya para siswa itu berniat mendirikan klub yang akan dinamainya Argom.

Di cabang beladiri, latihan ditangani oleh para siswa sendiri. Adrianus, pendekar taekwondo yang masih duduk di kelas I IPA diserahi tugas melatih rekan-rekannya yang berminat.

Sementara itu, sekolah ini juga beruntng telah meminjamkan lapangan basketnya kepada klub Prambors. Dengan adanya klub itu, para siswa pun tak memerlukan pelatih khusus. Cukup bila mereka memasuki klub ini bersama rekan-rekan dari SMA Tarakanita.

Imbauan

Tetapi, tak kurang dari Bobby HS sendiri yang menyesalkan bahwa kini kurang sekali pertandingan antar pelajar yang sifatnya massal. Ini katanya tak lain disebabkan kekhawatiran terulang peristiwa perkelahian seperti tahun 1970-an.

"Berlatih tanpa bertanding tentu tak akan memberikan dorongan semangat untuk berprestasi. Sebaliknya memang dihidupkan lagi program turnamen antar pelajar seperti dulu," ujarnya.

Siapa yang menangani? "Tentu saja pemerintah daerah dan untuk DKI, Pemda DKI Jaya," katanya.

Imbauan serupa juga diucapkan Bruder Michael. Secara tak langsung ia menandai bahwa tanpa kegiatan yang terarah, para siswa cenderung mencari kegiatan lain yang memenuhi hasrat petualangannya.

Semenjak anak-anak bebas membawa mobil sendiri, katanya gejala ngebut kambuh lagi. Akibatnya, tak jarang orang luar datang ke sekolah karena urusan tabrakan. "Mengapa fasilitas di sekolah untuk berlatih olahraga tak bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang baik," lontarnya.

Dalam hubungan itulah mungkin, mengapa SMA Pangudi Luhur pun memberikan dukungannya kepada para siswa yang menggiatkan pula olahraga pendakian di sekolahnya. Cabang yang menjanjikan petualangan ini sudah mempunyai wadah berbentuk Gabungan Pencinta Alam (GPA), yang katanya mulai merintis kerjasama dengan klub Mapaka UI.

Sumber : Bola News

Editor : Azka