Halaman Depan Situs PT Mitra Consultant. (Foto : Istimewa) |
JAKARTA, KOMPAS.com —Satu nomor kontak telepon yang tercantum di situs PT Mitra Consultant tidak bisa dihubungi. Sambungan telepon dialihkan. Satu nomor lagi berhasil dihubungi.
"Ini yang SMS saya tadi pagi ya? Soalnya dari tadi pagi banyak yang SMS," kata seorang pria di seberang telepon setelah mengiyakan bahwa ini adalah nomor kontak PT Mitra Consultant yang menawarkan jasa pembuatan ijazah.
Kepada Kompas.com yang menyamar sebagai calon pembeli ijazah, pria itu menyebut namanya dengan lafal 'Filip'. Posisinya di Jakarta dan bukan di Kendal seperti yang teregistrasi di domain ".com". Kompas.com memperolehnya melalui penelusuran di database Who Is. (Baca: Terang-terangan Jual Ijazah Palsu di Internet (1))
Filip lalu mengatakan bahwa PT Mitra Consultant hanya bisa melayani pesanan ijazah dari kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta. Berbeda dengan yang disebutkan di situsnya, Filip menegaskan bahwa mereka tidak bisa melayani pembuatan ijazah untuk keperluan mendaftar tes calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk kali pertama, dan untuk nyaleg sebagai anggota dewan, karena alasan administrasi di Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT).
"Kami enggak bisa bantu karena itu terdata di BAN (BAN-PT)," katanya.
Namun, Filip mengatakan, ijazah mereka aman untuk dipakai mencari kerja di perusahaan-perusahaan negara ataupun swasta. PT Mitra Consultant juga ternyata tak bisa membuat semua ijazah seperti yang ditawarkan di situs resminya. Misalnya, untuk Universitas Indonesia (UI), dia mengatakan hanya bisa membuatkan ijazah S-3.
Kurang jelas alasan PT ini tidak bisa membuat ijazah S-1 dan S-2 untuk UI. Sementara itu, di daftar harga yang tertera di situsnya, ijazah S-3 atau doktoral dipatok di harga Rp 250 juta.
Situs PT Mitra Consultant terang-terangan mencantumkan tarif yang dipatok untuk pembuatan ijazah "asli tapi palsu" itu. Untuk ijazah D-3 dipatok Rp 20 juta. Namun, D-3 kebidanan atau keperawatan jauh lebih mahal, yaitu Rp 80 juta. Untuk ijazah S-1 Rp 37 juta sedangkan S-2 Rp 50 juta.
Khusus untuk kampus terkenal, situs ini menyebutkan calon pembeli ijazah wajib ikut kuliah selama beberapa bulan saja. Tarif paling mahal dipatok untuk ijazah pindah jurusan dari kebidanan ke kedokteran, yaitu Rp 275 juta. Semua biaya termasuk ijazah, transkrip nilai, dan biaya pembuatan skripsi, tesis, atau tugas akhir.
Ijazah abal-abal ini bisa selesai hanya dalam hitungan 7-8 hari kerja. Namun, itu tergantung kesepakatan saja. Bisa makin cepat selesai, tetapi harganya juga menyesuaikan.
Ijazah akan segera dikerjakan begitu calon pembeli membayarkan uang muka sebesar 50 persen dari total tarif melalui transfer. Begitu lunas, barulah ijazah dan transkrip nilai diserahkan seutuhnya.
Penyerahan ijazah dan transkrip nilai dilakukan di kampus-kampus, sesuai dengan arahannya. Filip menjamin ijazah sampai ke tangan dengan aman meski ijazah akan dikirimkan melalui kurir.
Siapa yang akan ditemui oleh calon pembeli ijazah di kampus tersebut? Apakah bertemu dengan orang kampus tersebut?
"Enggak, nanti ketemu sama konsultan kami. Saya enggak berani sama orang kampus," tuturnya.
Tidak ada paksaan harus memesan saat itu juga. Dalam pembicaraan sekitar 10 menit, pria yang diprediksi berusia 30-an tahun itu melayani calon pembeli yang masih mencari informasi dengan baik.
PT Mitra Consultant diketahui terang-terangan menjajakan jasa pembuatan ijazah palsu untuk semua pendidikan tinggi melalui situs yang beralamat di ptmitraonlineijazah.com. Mereka mematok harga untuk setiap paket ijazah, meliputi transkrip nilai, pembuatan skripsi, tesis atau tugas akhir, legalisir nomor induk mahasiswa (NIM) serta undangan wisuda dan toga. Perusahaan jasa yang menyebutkan diri sudah berdiri sejak 1996 ini mengklaim bahwa statusnya tepercaya.
Ijazah-ijazah yang dibuatnya diklaim aman untuk digunakan dalam mencari kerja atau meneruskan studi ke jenjang pendidikan tinggi berikutnya. Bahkan, di situs resminya tertulis ijazah "terdaftar di Kopertis/DIKNAS & Universitasnya".
Sumber : kompas.com
Editor : Eugene Sakti