ILUSTRASI. (FOTO : ISTIMEWA) |
SOLO, AKTIFLAB.com --
Penyelenggara Ujian Nasional (UN) 2012/2013 tingkat pusat akan
menyediakan naskah soal dalam bentuk braille untuk siswa tunanetra.
Pada pelaksanaan UN tahun-tahun sebelumnya belum pernah ada naskah soal dengan huruf braille, sehingga saat mengerjakan, siswa tunanetra harus dibantu membacakan soal oleh guru pendamping khusus (GPK).
”Naskah berbentuk braille itu disediakan langsung oleh pusat dan sudah ada dalam Prosedur Operasi Standar (POS) Pelaksanaan UN dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),” kata Ketua UN Kota Surakarta, Bambang Wahyono.
Dia mengatakan, naskah UN dalam bentuk braille akan ada dari jenjang SD hingga SMA. Menurut dia yang juga Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Surakarta, naskah braille itu disediakan setelah mendapat masukan dari penyelenggara tingkat kota/kabupaten tahun lalu.
Namun, dia belum mengetahui apakah ada perbedaan bobot soal bagi siswa penyandang tunanetra di sekolah inklusi dengan siswa reguler lainnya. Hal itu disebabkan pada POS UN tidak ada penjelasan mengenai bobot soal bagi siswa inklusi.
Mengenai pengawas untuk siswa inklusi dan difabel, menurutnya, masih sama dengan tahun kemarin. Mereka akan diawasi dan didampingi oleh guru pendamping khusus (GPK). Pihaknya juga masih menunggu sosialisasi UN dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Dengan adanya soal UN dalam bentuk braille, dia berharap bisa mempermudah siswa inklusi maupun siswa penyandang tunanetra dalam mengerjakan soal.
Kepala SMAN 8 Solo, AD Gayatri mengatakan, ada empat siswa inklusi di sekolahnya. Empat siswa inklusi itu terdiri atas dua siswa inklusi penyandang tunanetra dan dua siswa penyandang tunadaksa. Satu penyandang tunanetra adalah siswa kelas XII. ”Dengan naskah UN berbentuk braille bisa mempercepat siswa saat mengerjakan,” katanya.
Dia membenarkan pengawas untuk siswa inklusi tahun lalu didampingi GPK. Tahun lalu siswa inklusi dengan siswa reguler mengerjakan soal berbobot sama. Siswa inklusi dengan siswa reguler tidaklah kalah. Bahkan, ada siswa inklusi yang selalu masuk dalam 10 besar peringkat kelas.
Sumber : Suara Merdeka
Editor : Idham Azka
Pada pelaksanaan UN tahun-tahun sebelumnya belum pernah ada naskah soal dengan huruf braille, sehingga saat mengerjakan, siswa tunanetra harus dibantu membacakan soal oleh guru pendamping khusus (GPK).
”Naskah berbentuk braille itu disediakan langsung oleh pusat dan sudah ada dalam Prosedur Operasi Standar (POS) Pelaksanaan UN dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),” kata Ketua UN Kota Surakarta, Bambang Wahyono.
Dia mengatakan, naskah UN dalam bentuk braille akan ada dari jenjang SD hingga SMA. Menurut dia yang juga Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Surakarta, naskah braille itu disediakan setelah mendapat masukan dari penyelenggara tingkat kota/kabupaten tahun lalu.
Namun, dia belum mengetahui apakah ada perbedaan bobot soal bagi siswa penyandang tunanetra di sekolah inklusi dengan siswa reguler lainnya. Hal itu disebabkan pada POS UN tidak ada penjelasan mengenai bobot soal bagi siswa inklusi.
Guru Pendamping
Mengenai pengawas untuk siswa inklusi dan difabel, menurutnya, masih sama dengan tahun kemarin. Mereka akan diawasi dan didampingi oleh guru pendamping khusus (GPK). Pihaknya juga masih menunggu sosialisasi UN dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Dengan adanya soal UN dalam bentuk braille, dia berharap bisa mempermudah siswa inklusi maupun siswa penyandang tunanetra dalam mengerjakan soal.
Kepala SMAN 8 Solo, AD Gayatri mengatakan, ada empat siswa inklusi di sekolahnya. Empat siswa inklusi itu terdiri atas dua siswa inklusi penyandang tunanetra dan dua siswa penyandang tunadaksa. Satu penyandang tunanetra adalah siswa kelas XII. ”Dengan naskah UN berbentuk braille bisa mempercepat siswa saat mengerjakan,” katanya.
Dia membenarkan pengawas untuk siswa inklusi tahun lalu didampingi GPK. Tahun lalu siswa inklusi dengan siswa reguler mengerjakan soal berbobot sama. Siswa inklusi dengan siswa reguler tidaklah kalah. Bahkan, ada siswa inklusi yang selalu masuk dalam 10 besar peringkat kelas.
Sumber : Suara Merdeka
Editor : Idham Azka