Roket "Smoke Warhead" buatan PT Sari Bahari, Malang, Jawa Timur, Indonesia. (Foto : Istimewa).
MALANG, AKTIFLAB.com -- Ratusan roket hulu ledak asap (Smoke Warhead) kaliber 70 milimeter buatan PT Sari Bahari, Malang, Jatim dikirim ke Republik Chille. Ini merupakan kali pertama perusahaan Indonesia mengekspor roket buatan anak negeri.

PT Sari Bahari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pertahanan khususnya di bidang pembuatan bom latih dan bom tajam untuk keperluan militer. Bom latih dan bom tajam produksi PT Sari Bahari ini sudah digunakan pesawat tempur standar Rusia dan standar NATO.

Direktur Utama PT Sari Bahari Ricky Hendrik Egam pengekspor roket mengatakan, pengiriman pertama ini menandakan bukti kualitas produk Indonesia mampu bersaing dengan produk negara lain di bidang pertahanan.

"260 unit Smoke Warhead kaliber 70, akan kita kirim ke Chille kali pertama," ujarnya disela persiapan pengiriman di perusahaannya Jalan Bendungan Sempor, seperti dikutip dari detik.com Senin (25/3/2013).

Ia menambahkan, ekspor ini juga merespon positif Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang industri pertahanan. "Bersama KKIP kami bekerja keras memaksimalkan kinerja industri pertahanan dalam negeri," imbuh dia.

Dirinya mengaku, alutsista ini nantinya dipakai sebagai sarana latih para pilot tempur angkatan bersenjata Republik Chille. Dan diharapkan permintaan lebih besar mengikuti pengiriman perdana kali ini. "Ini alutsista untuk berlatih angkatan bersenjata Chille," akunya.

Ricky membeberkan, hulu ledak asap kaliber 70 milimeter ini mempunyai keunggulan dari sisi aerodinamis trajectory, serta mampu mengeluarkan asap selama 2 menit setelah hulu ledak terjadi impact dengan sasaran, dan TNI sudah memakainya sejak tahun 2000 silam.

"Sementara produk serupa oleh negara lain, hanya mampu mengeluarkan asap maksimal 1 menit," bebernya.

Sementara Dirjen Pothan Kemenhan Pos M. Hutabarat menuturkan, bahwa pengiriman ini sebagai sinyal baik menarik minat negara lain. Sebab, Chille memiliki wilayah berdekatan dengan Brazil. "Brazil memiliki standarisasi persenjataan yang sudah baik," tuturnya.

Ia menambahkan, total anggaran Kemenhan tahun ini sebesar Rp 8,2 triliun, 50 persennya habis untuk membayar gaji pegawai.

"Sisanya 20 persen untuk pengadaan dan pemeliharaan, dan baru 30 persen untuk alutsista," imbuh dia.

Dia menargetkan, Indonesia sudah mampu memproduksi alutsista sendiri, untuk dapat mempertahankan NKRI dan melakukan perlawan terhadap ancaman. "Itu target kita," tandasnya mengakhiri wawancara.

Editor : Idham Azka